Pengunjung Website
Hari Ini: 18,028
Minggu Ini: 45,918
Bulan Ini: 208,760
|
Jumlah Pengunjung: 4,070,165

Bahas Peran Penting Satelit dan Antariksa, NASPCI, SAIAC, dan BRIN Gelar Diplomacy Workshop

TNI AU. National Air and Space Power Centre Indonesia (NASPCI), bekerjasama dengan Strategic ASEAN International Advocacy & Consultancy (SAIAC), dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan lokakarya diplomatik (diplomatic workshop) di Gedung NASPCI, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (25/4/2024).Diplomacy Workshop diawali dengan pemaparan tiga pembicara, yakni Ketua NASPCI Marsma TNI  Dr. Penny Radjendra, S.T., M.Sc., M.Sc., CEO SAIAC, Shaanti Shamdasani dan Chusnul Tri Judianto, S.T., M.M., dari BRIN.  Ketua NASPCI mengatakan, lokakarya diplomatik merupakan ajang diskusi untuk membahas peran penting satelit dan antariksa. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan membangun kesadaran antariksa bagi masyarakat Indonesia, namun juga memicu dialog untuk lebih banyak berkolaborasi dengan berbagai pihak, mengenai pemanfaatan bersama teknologi antariksa dan satelit untuk kepentingan semua orang.Dikatakannya, bahwa beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mempercepat program antariksanya, seperti keberhasilan peluncuran Satelit Satria-1 pada tahun 2023. Ketua NASPCI yang keseharian menjabat sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Elektronika TNI AU, menyoroti beberapa isu yang perlu menjadi perhatian bersama, antara lain isu keamanan antariksa (space security), ragam ancaman antariksa, seperti sampah-sampah luar angkasa (space debris), hingga penggunaan satelit baik untuk kepentingan militer maupun non-militer.Lebih lanjut Ketua NASPCI mengatakan bahwa ancaman yang dihadapi dari luar angkasa dapat dikategorisasi menjadi ancaman militer dan non-militer. Penggunaan satelit komersial atau penggunaan senjata berbasis satelit harus menjadi perhatian, ancaman space debris masa depan juga perlu menjadi sorotan.Dikatakannya, saat ini belum ada kebijakan yang secara jelas dan komprehensif mengatur soal tata kelola satelit atau benda-benda angkasa lainnya, padahal perangkat tersebut dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan Bumi. Untuk itu, perlu ada kesepakatan bersama mengatur satelit-satelit yang diluncurkan ke luar angkasa sehingga itu tidak mengancam bumi dan kehidupan di dalamnya.Sementara, CEO SAIAC, Shaanti Shamdasani mengatakan, penyelenggaraan lokakarya  merupakan agenda regional SAIAC untuk mendorong dan memimpin perubahan kebijakan dan investasi di bidang antariksa dan satelit di Indonesia. SAIAC berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk melakukan advokasi, meninggkatkan kesadaran, dan berdialog mengenai teknologi antariksa dan keberlanjutan satelit.CEO SAIAC juga menyampaikan bahwa melalui kolaborasi seperti acara hari ini kami berkolaborasi dengan BRIN dan NASPCI untuk mengumpulkan keahlian dan sumber daya, dari akademisi, pemerintah, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa kami mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengamankan kepentingan nasional.Menurutnya, SAIAC, NASPCI, dan BRIN sebagai koalisi lembaga pemikir memiliki kepentingan bersama untuk memberikan arahan strategis nasional dan teknologi terkini kepada pemerintah di bidang antariksa, satelit, telekomunikasi, dan keamanan siber.Pembicara ketiga Chusnul Tri Judianto, S.T., M.M., dari BRIN menyampaikan, bahwa Indonesia akan melanjutkan program peluncuran satelit untuk mengurangi kesenjangan digital, melakukan observasi bumi dan pengawasan maritim, serta meningkatkan kapasitas mitigasi bencana. Sebagai negara kepulauan di katulistiwa, Indonesia dapat berkontribusi pada peluncuran satelit global dan rantai pasok pengoperasian. Oleh karena itu, Indonesia dapat menawarkan peluang investasi dan kolaborasi yang sangat baik bagi negara-negara antariksa dan negara-negara antariksa baru di kawasan ini.Lokakarya diplomatik dilanjutkan dengan diskusi bersama sekaligus memberikan kesempatan kepada setiap peserta menyampaikan pandangannya terkait materi yang telah disampaikan oleh ketiga pembicara.Turut hadir pada acara tersebut Aspotdirga Kaskoopsudnas Marsma TNI Fajar Adriyanto dan Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI Destianto Nugroho Utomo.Selain itu, acara yang sama turut dihadiri oleh sejumlah duta besar dan perwakilan negara sahabat, pakar, hingga pelaku industri di sektor satelit dan antariksa. Mereka adalah Dubes Chili untuk Indonesia; Duta Besar Thailand untuk Indonesia; Atase Pertahanan Italia untuk Indonesia Captain (Navy); First Secretary Kedutaan Besar China untuk Indonesia; First Secretary Kedutaan Besar Afrika Selatan untuk Indonesia; Deputy Head of Mission Kedubes Maroko untuk Indonesia; Second Secretary Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia; Chargé d affaires Kedubes Sudan untuk Indonesia; dan perwakilan dari Kedubes Belanda, Kedubes Malaysia, Kedubes India, Kedubes Ethiopia.Selanjutnya, perwakilan industri dan pakar yang hadir di antaranya perwakilan Lockheed Martin Indonesia, Airbus Indonesia Nusantara; Rolls Royce; Japan External Trade Organization (JETO); Thales Indonesia; Kacific; Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Prasetiya Mulya.